Jumat, 16 November 2012

Nikon D5200, Kamera DSLR Kelas Menengah Dengan Wi-Fi


Nikon kembali menghadirkan DSLR terbarunya. Kali ini, Nikon D5200 dihadirkan untuk menggantikan Nikon D5100 yang sudah cukup lama dipasarkan. Dari segi fisik, desain bodi D5200 amat mirip dengan Nikon D5100. Layar LCD fleksibel yang dapat diputar dan dilipat berukuran 3 inci dengan tingkat kerapatan gambar 921.000 titik juga sama seperti di Nikon D5100.

Namun perbedaan terbesarnya terletak pada spesifikasi Nikon D5200 yang memiliki peningkatan cukup signifikan. Nikon D5200 kini menggunakan sensor CMOS beresolusi 24,1 MP dan ditunjang dengan dukungan prosesor Nikon EXPEED 3. Ini jelas lebih unggul dari Nikon D5100 yang hanya hadir dengan sensor CMOS 16,1 MP dan prosesor Nikon EXPEED 2.


Dengan dukungan prosesor Nikon Expeed 3 yang lebih mumpuni menjadikan Nikon D5200 dapat digunakan untuk memotret secara continuous dengan kecepatan 5 fps. Perekaman videonya juga lebih baik dengan hasil rekam video pada resolusi Full HD 1080p hingga 60 fps dengan hasil rekam suara yang lebih jelas berkat mikrofon stereo yang disematkan didalam bodinya.

Untuk memotret di kondisi temaram Nikon D5200 hadir dengan opsi pilihan ISO yang cukup lengkap dari ISO 100 hingga ISO 6400. Jika terasa kurang opsi ISO-nya masih dapat didongkrak hingga ISO 25600 melalui mode Hi2. Kegiatan memotret Anda juga akan semakin dimudahkan dengan Nikon D5200. Pasalnya Nikon menghadirkan sistem autofokus 39 titik milik Nikon D7000 dan metering yang lebih akurat dengan mengandalkan sensor metering 2,016-pixel RGB.

Dengan Nikon D5200 Anda juga dapat berkreasi lewat pilihan mode efek yang tersedia dalam 7 pilihan. Diantaranya Selective Colour, Miniature, High and Low Key, Silhouette, Colour Sketch dan Night Vision yang semuanya dapat digunakan pada mode foto atau video. Dan berkat fitur Live View yang dimilikinya, Anda juga dapat langsung melihat hasil foto yang telah diaplikasikan salah satu filter tersebut secara langsung sebelum Anda memutuskan untuk memotret subjek. Tidak lupa Nikon juga melengkapinya dengan dukungan konektivitas nirkabel. Lewat modul nirkabel opsional Nikon WU-1a yang dijual terpisah, Anda kini dapat menghubungkan Nikon D5200 ke perangkat iOS dan Android.

Nikon D5200 akan mulai dijual pada bulan Desember 2012 dengan harga sekitar US$1150 (Rp11 juta) untuk bodi saja dan tersedia dalam 3 pilihan warna trendi seperti matte black, glossy bronze dan candy red.

Sekilas Fitur Nikon D5200:
Sensor: CMOS 24,1 MP
Prosesor: Nikon Expeed 3
Layar: LCD 3-inci Full Articulated 921.000 titik
Video: 1920 x 1080 (60, 50, 30, 25, 24 fps), 1280 x 720 (60, 50 fps), 640 x 424 (30, 25 fps)
Memori: SD/SDHC/SDXC
Wireless: Opsional
Baterai: Lithium-Ion EN-EL14
Berat: 555 gram
Dimensi: 129 x 98 x 78 mm

Peperangan Tablet Melanda Galaksi



Pasukan iPad dari Kekaisaran Apple masih menguasai galaksi, sementara Federasi Robot Hijau terus menerjang untuk mematahkan dominasi mereka. Sementara itu Kerajaan Microsoft diam-diam mulai menyusun strategi untuk mengambil keuntungan dari perang berkepanjangan tersebut dengan pasukan Windows 8.

Tentunya sebagai penguasa, Kaisar Apple tidak berdiam diri. Mereka memperkenalkan pasukan iPad Mini yang memikat, terbukti dengan 3 juta penduduk galaksi berhasil ditarik sebagai pengikutnya hanya dalam 3 hari. Walaupun dengan layar lebih kecil dan spesifikasi yang bukan terbaik, terbukti bahwa kharisma Kaisar Apple masih memukau seluruh galaksi. 

(Di sebuah planet bernama Indonesia, sebagai contoh, iPad Mini tetap laris manis walaupun dijual Rp2 juta lebih mahal dibandingkan harga resminya.)

Walaupun begitu, mereka harus mewaspadai manuver Federasi Robot Hijau yang diujungtombaki oleh Samsung, Amazon dan Google sebagai produsen pasukan (An)Droid terbanyak di dunia. Berbagai jenis pasukan baru dilontarkan dan terbukti strategi ini cukup sukses. Bahkan Samsung sendiri berhasil menaikkan jumlah pengikutnya sampai 4 kali lipat dibandingkan tahun 2011 lalu. Untuk planet Indonesia, Samsung merupakan penguasa tablet. Setidaknya untuk saat ini.

Ancaman dari Kerajaan Microsoft sendiri tidak dapat dibilang enteng. Bahkan banyak anggota  Federasi Robot Hijau yang memanfaatkan teknologi dan membuat pasukan Windows 8. Harga yang harus dibayarkan memang lebih tinggi, tapi tentunya penduduk galaksi akan mendapatkan kinerja lebih dari sebuah produk. Bahkan hampir semua pasukan Windows 8 dapat berubah menjadi notebook yang memiliki daya gedor prima. Meskipun begitu, krisis yang melanda seluruh penjuru galaksi nampaknya akan menghambat majunya pasukan Windows 8. 

Banyak pihak meramalkan bahwa perang ini akan berkepanjangan dan terus memakan korban, terutama dari pihak Federasi Robot Hijau yang rata-rata menelan kerugian. Bahkan tercatat cukup banyak anggota Federasi Robot Hijau yang kapok dan keluar dari Federasi. Hegemoni Kekaisaran Apple tampaknya masih akan berlanjut dalam waktu dekat, tapi tidak mungkin akan ada manuver-manuver cantik yang mengejutkan dari para pesaingnya untuk meredamnya.

Akankah pesona Kekaisaran Apple tetap membius seantero galaksi atau keterbukaan Federasi Robot Hijau yang terbukti unggul? Atau malah pasukan Windows 8 baru yang akan merajai? Kami tunggu pendapat Anda di sini.

Mengintip LG 84LM9600, Televisi 4K 84 inci dari LG

Era TV dengan resolusi Full HD 1080p tampaknya sudah memasuki tahap terakhir. Walaupun belum diadopsi oleh masyarakat awam, tapi rupanya pihak produsen TV sudah mulai menghadirkan TV UHD (Ultra High Definition) yang memiliki jumlah piksel 4 kali lebih banyak dibandingkan TV Full HD 1080p.

Untuk resolusi, Ultra High Definition merupakan resolusi layar paling tinggi saat ini dengan 3840x2160 piksel atau akan lazim disebut 2160p. Kepadatan pikselnya yang mencapai 8 juta piksel juga amat mengagumkan, mengingat TV Full HD yang “hanya” mengemas 2 juta piksel sudah mampu menampilkan gambar berkualitas tinggi. 


Demi memudahkan Anda membayangkan seberapa besar TV terbaru LG ini, LG menyediakan TV layar datar berukuran 42 inci. Nah, empat TV 42 inci harus digabungkan dalam matriks 2x2 untuk menyamai ukuran TV LG 84LM9600. Mengingat belum banyak konten UHD yang beredar, LG memasukkan teknologi Resolution Upscaler Plus ke dalamnya. 

Saya sempat mencoba dan beberapa film Full HD dapat ditampilkan dengan lebih jelas dibandingkan di TV Full HD. Tentunya jarak tonton juga perlu diperhatikan untuk pengalaman menonton lebih baik. Fitur 3D juga telah dimilikinya dengan kemampuan konversi konten 2D ke 3D dengan otomatis. Kualitas suara juga mendapat perhatian khusus dari LG, terbukti dari sistem audio 2.2 yang menggabungkan dua speaker 10 watt dengan dua subwoofer 15 watt di bagian belakang.

Saat mencobanya, saya cukup terkesan dengan berbagai fitur yang dimilikinya. Misalnya: proses pembacaan hard disk eksternal yang ditancapkan melalui konektor USB di belakang TV berlangsung dengan cepat dan mulus. Navigasi dengan Magic Motion Remote juga menyenangkan dan lebih mudah digunakan dibandingkan remote biasa yang mengharuskan Anda menekan tombol berkali-kali. LG telah memasukkan beberapa konten lokal seperti Love Indonesia, Viki dan sebagainya. 

Pihak LG mendemonstrasikan aplikasi VOD (Video One Demand) streaming yang hasilnya kurang memuaskan karena sebagian kontennya masih dibuat dengan resolusi yang jauh lebih rendah. Menurut pihak LG Indonesia, kecepatan Internet yang dianjurkan minimal 2Mbps untuk hasil streaming yang mulus.

Penasaran dengan harganya? TV LG 4K 84LM9600 ini akan dijual di kisaran Rp200 juta.

Jumat, 09 November 2012

10 Perubahan Trend Teknologi 2012


Tahun 2011 menandai sejumlah "pergeseran". Event sekelas Consumer Electronics Show di Las Vegas Januari lalu telah  mengirim sinyal perubahan, yang kemudian diteruskan pameran sejenis di Eropa (Bonn) maupun Asia Tenggara (Singapura), akan menjadi tolok ukur trend teknologi untuk tahun 2012.

Sejumlah lembaga riset pasar juga menenggarai  bagaimana produk baru hadir sebagai kompetitor potensial, bahkan lanjut menggantikan pemimpin pasar sebelumnya.

Supaya ringkas dan sederhana, berikut kami pilihkan beberapa arus perubahan trend dalam sebuah ilustrasi terkenal kisah David sebagai sang penantang dan Goliath sebagai yang diunggulkan.

iPad vs Kindle Fire



Genap dua tahun iPad hadir di tengah konsumen dan masih menjadi Tablet paling populer. Statistik penjualan Apple menunjukkan angka 40 juta unit sejak pembukuan April 2010, sementara para pesaingnya harus bongkar pasang strategi pemasaran dengan tambahan berbagai fasilitas dan aplikasi.

Hingga Oktober tahun ini, Amazon dengan berani meluncurkan Kindle Fire, sebuah Tablet berkapasitas 8GB, dan difokuskan untuk menjelajahi literatur (e-books) di dunia maya. Harganya? Yeap, cuma $199!

Kindle Fire akan dikirim ke berbagai negara mulai 15 November 2011 dan diprediksi sanggup mengalahkan iPad dari segi angka penjualan dan popularitas, karena kalau berdasarkan spec nya jelas sangat jauh berbeda.



Tablet  vs Laptop



Ada yang menyebut sekarang adalah masa "post-PC", artinya kita tidak lagi berinteraksi terpaku di depan sebuah monitor dan CPU terpisah, melainkan menjinjing laptop. Tapi, ibarat seumur jagung, booming laptop agaknya mulai beralih dengan munculnya Tablet PC. Akankah laptop begitu saja terpinggirkan oleh kehadiran device yang lebih praktis dan multifungsi? Hasil riset International Data Group memproyeksikan penjualan laptop tahun 2012 masih akan stabil, bahkan mengalami kenaikan tipis sekitar 11%.


Keyboard vs Voice Controls



Hampir 150 tahun yang lalu, dunia modern mengenal mesin ketik. Di era komputerisasi, perannya praktis tergantikan oleh keyboard sebagai input device ke PC. Dan, katakanlah ada puluhan vendor menjadi pemain di segmen peripheral ini. Lantas bagaimana ketika Google dan Apple memperkenalkan sistem input berbasis perintah suara (voice-based)?
Kini para pengguna Android berkenalan dengan Voice Actions sementara pemilik iPhone 4S dengar-dengar semakin "mesra" dengan Siri.

Bukan hanya di platform device, Google juga coba bereksperimen untuk mengintegrasikan Voice Action pada aplikasi browser mereka: Google Chrome. Harus diakui, teknologi ini belum sepenuhnya sempurna (dan mungkin juga kita sebagai pengguna belum terbiasa. Walau bagaimanapun, teknologi perintah suara sudah semakin membumi.



Spotify vs  iTunes



Musik bagian dari hidup. Apple iTunes telah merevolusi industri musik di tahun 2003 dengan menyediakan lagu-lagu yang bisa didownload dengan harga relatif murah.

Oke, di internet kita memang bisa mencari dan mendownload lagu-lagu yang diinginkan (via mediashare etc). Di tengah hilir-mudiknya hits single terbaru, Spotify (dan sejumlah portal layanan music subscription) mulai "merongrong" kedudukan iTunes dengan memberi akses ke "gudang" atau perpustakaan lagu, yang tidak perlu dibeli atau dimiliki, karena pengguna cuma butuh koneksi untuk streaming. Jadi, konsepnya mungkin lebih memudahkan kedua pihak; antara pengguna yang ingin mendengarkan lagu tersebut dan penyedia layanan memberikan akses, sekaligus meraih user tentunya.

Spotify mengklaim saat ini telah diakses lebih dari 10 juta ID user aktif, dimana 2 juta ID di antaranya memilih opsi berlangganan. Dari layanan subscribe (berlangganan) inilah Spotify berharap terus mengalirkan pundi-pundi dollar. Musik untuk semua?? Yes!


BlackBerry vs iOS, Android, dan Windows Phone 7



Di awal 2010, RIM BlackBerry  menjadi smartphone paling populer di kawasan Amerika Utara (NA). Tapi belakangan ini, RIM seakan tak kuasa menghadapi besarnya "bayang-bayang" berbagai operating system lain di platform mobile : iOS (Apple), Android  dan yang teranyar Windows 7. RIM lantas berbenah dan langsung bermanuver dengan meng-uprgade operating system menjadi BBXOS.

Pada acara tahunan Blackberry di bulan Oktober lalu, para engineer RIM membocorkan kemungkinan penggunaan Android pada smartphone mereka. RIM yang berjaya sebagai perintis smartphone kini dalam posisi terjepit oleh 3 OS lainnya. Belum lagi jika di tahun 2014 nanti, Linux siap terjun meramaikan pasar smartphone.


Flash vs HTML 5



Adobe Flash sebagai platform pemutar video di internet tampaknya tak lama lagi bakal tergantikan HTML 5. Dan siapakah yang dengan "jumawa" memulai revolusi ini? Yeap! Apple mensterilkan fitur flash dari setiap produk device iOS. Langkah serupa juga diikuti Microsoft, yang meniadakan Flash plug-ins pada browser seri terbaru mereka IE 10, yang disediakan untuk Windows 8.

HDD vs SSD


Solid-state drives (SSDs) semakin jadi pilihan kebutuhan penyimpanan data (storage) di mobile device, juga laptop. Ukurannya yang mini dengan kapasitas luar biasa, membuat seri Intel Ultrabook dan Apple MacBook Air terlihat ramping. Sistem booting SSD berjalan cepat karena tidak mempengaruhi komponen moving parts, yang diyakini membuatnya lebih tangguh dibanding HDD.

Flickr  vs Instagram



Berapa banyak di antara kalian yang sudah mengunggah (upload) foto melalui Flickr? Situs ini cukup ramah bagi para user dan jaringannya pun didukung sistem yang komprehensif hingga tak heran jumlah usernya sudah mencapai 51 juta akun ID. Di sisi lain, para pengguna iPhone baru saja "berbulan madu" dengan kamera ciamik pada iPhone4 yang dilengkapi fitur share melalui app Instagram.

Sebagai perbandingan, Instagram meraih 9 juta user dalam waktu sepuluh bulan (dan lebih dari 150 juta foto terupload), sementara Flickr selama 2 tahun baru membagikan 100 juta file foto. Bukan hanya itu, pengelola Flickr tambah harap-harap cemas karena situs indk mereka, Yahoo, juga hendak bersinergi untuk meluncurkan app berbasis Android untuk menyaingi Instagram.



Facebook vs Google+



Friendster sebagai pionir jejaring sosial bermetamorfosis menjadi portal game, sedangkan "sang penerus" Facebook justru menjadi platform bagi game-game browser. Di sinilah persimpangan itu. Tak ada hujan, tak ada badai, tiba-tiba Google berinisiatif menciptakan platform jejaring sosial bernama Google+. Lawan yang cukup tangguh bagi Facebook, mengingat kapasitas user yang sudah menggunakan berbagai aplikasi Google bisa sangat diperhitungkan.

Mampukah Google+ menggoyahkan kemapanan Facebook (?) yang menyentuh angka 800 juta user di seluruh dunia (dengan jumlah terbesar di negara-negara maju seperti AS, Inggris dan Eropa)?

Google jelas pantang mundur. Dan 40 juta akun user kini bisa saling berbagi dengan fitur-fitur khas dan semakin "personal" untuk menularkan "plus" satu sama lain. Hei, mengapa keduanya tidak bergabung saja menjadi Facebook (+) plus ??


Mobile Web vs Traditional Web



Lagi-lagi hasil riset IDC (Internet Data Centre) jadi acuan dengan memproyeksikan bahwa di tahun 2015 mendatang mayoritas warga AS akan mengakses internet via mobile device ketimbang PC.

Yup! Lupakan monitor, mouse,keybord dan CPU. Di masa depan, performa smartphone (dan tentunya juga Tablet) akan semakin ideal mengakselerasikan content website dari internet.

Pemakaian internet bukan lagi sekadar gaya hidup, melainkan kebutuhan yang menyatu dalam ritme aktivitas.Ketersediaan mobile device secara massal (dan harga yang relatif kian terjangkau) akan mengubah pola dan gaya hidup kita.

Sumber: www.klikgame.com

Jumat, 02 November 2012

6 Teknologi Masa Depan ala Google

1. Rumah Pintar


Saat ini, Android jamak dipakai sebagai sistem operasi smartphone dan komputer tablet. Namun di masa depan, Google punya visi Android akan jadi OS di perangkat rumah tangga seperti kulkas atau mungkin pula mesin cuci.

Visi itu pernah diungkapkan Chairman Google, Eric Schmidt di perhelatan Consumer Electronic Show (CES) 2012. Dengan Android, perangkat rumah tangga bisa berkomunikasi satu sama lain.

Perangkat pun bisa melakukan berbagai hal sesuai keinginan pengguna. Semuanya cukup dikendalikan dengan smartphone Android. "Sudah ada perusahaan yang memakai Android di kulkas. Memang kulkas pun butuh otomatisasi," ucap Schmidt.

"Saat Anda berjalan ke rumah dengan perangkat Android, semua benda akan menyesuaikan diri sesuai yang Anda butuhkan. Saat berjalan ke ruang keluarga, televisi di situ bisa mengenali Anda," imbuhnya.

2. Robot Geogle


Google dilaporkan punya divisi rahasia bernama Google X. Laboratorium yang tidak diketahui persis lokasinya ini mengembangkan berbagai proyek rahasia Google, termasuk robot.

Laporan di media New York Times menyebutkan bahwa robot yang dikembangkan Google akan memiliki beragam fungsi. Terutama untuk aktivitas di rumah atau perkantoran.

Di masa depan, robot buatan Google kemungkinan bisa berfungsi untuk menyajikan kopi atau teh di rumah tangga. Mungkin juga bisa mewakili penggunanya datang ke rapat.

3. Mobil Otomatis


Sektor kendaraan pun menjadi garapan Google. Google telah memodifikasi mobil Toyota Prius yang bisa berjalan otomatis tanpa bantuan pengemudi.

Mobil ini menggunakan sensor dan kamera video untuk mendeteksi lalu lintas, termasuk kemacetan, jalan singkat dari titik ke titik tertentu di peta.

Perangkat kendali otomatis yang ditawarkan Google sejatinya telah diperkenalkan sejak Oktober 2010 lalu, namun saat ini masih dalam proses penyempurnaan agar produk ini bisa digunakan oleh masyarakat.

Sistem berkendara seperti ini diklaim mengurangi angka kecelakaan yang disebabkan kelalaian pengendaranya.

4. Lift ke Luar Angkasa


Selama ini, terbang ke luar angkasa masih membutuhkan bantuan roket. Namun Google meyakini bahwa di masa depan, cukup dibutuhkan bantuan lift yang menjulang sampai ke angkasa.

Ya, beberapa perusahaan termasuk Google saat ini tertarik mengembangkan infrastruktur canggih, di mana menuju ke luar angkasa tidak butuh lagi roket.

Proyek lift luar angkasa ini dikabarkan sedang dikembangkan di laboratorium Google X. Diperkirakan, satu dekade lagi sudah bisa terwujud.

5. Obat Canggih


Google bahkan berinvestasi pula di bidang obat-obatan. Ya, mereka memiliki saham di beberapa perusahaan obat.

Misalnya di perusahaan Adimab dan iPierian. Perusahaan tersebut mengembangkan berbagai metode pengobatan baru untuk memerangi penyakit secara lebih cepat.

Google juga berinvestasi di bidang pengobatan kanker. Mereka menggelontokan uang pada yayasan Foundation Medicine yang bergerak di bidang pengobatan kanker.

6.  Geogle Glass


Google telah memperkenalkan kacamata canggih nan futuristik. Kacamata yang disebut sebagai Project Glass atau Google Glass tersebut membawa kemampuan komputasi yang cukup menakjubkan.

Dikontrol dengan suara, kacamata Google bisa digunakan untuk melakukan pencarian online, email dan navigasi arah. Bahkan bisa pula dipakai untuk video chat.

Kacamata berbasis teknologi augmented reality ini bisa menampilkan berbagai informasi seperti menunjukkan di mana lokasi pengguna dan keadaan cuaca. Pengguna juga bisa mengetahui lokasi pengguna lain dengan sistem Google Latitude.

Google telah banyak memamerkan kemampuan kacamata tersebut. Mungkin akan segera dijual secara massal tidak lama lagi.